Ads 468x60px

twitterfacebookgoogle pluslinkedinrss feedemail

Wednesday, August 10, 2011

Sisi baik dari yang unik

Seharian ngobrol sana sini dengan para pedagang aksesoris dan pengrajin batu dan permata di Pasar Rawabening selalu menyenangkan. Lupa sama kaki lumayan pegel memutari lantai satu dan lantai dasar di Gems Center Rawabening. Salah satu pedagang yang cukup dikenal baik, sebut namanya bapak Dasril istri dan anaknya. 

Keluarga ini menjual perhiasan perak dan batu permata. Bentuknya lucu-lucu. Berkelas. Ada yang impor dari Thailand ada yang produk lokal. Bagi saya yang tidak mengenal batu, sayang bener rasanya ketika ditunjuk gelang, ini harganya Rp. 7 juta, kalau cincin perak ini Rp. 750 ribu. Ibu Dasril tunjuk sana tunjuk sini memberitahukan harga-harga cincin, gelang, kalung liontin dari perak berhias aneka macam batu. Dijamin, saya yang awam batu lupa. Yang mana onix, yang mana safir, yang mana zamrud dan lain lain jenis yang tadi disebutin panjang lebar oleh si ibu.


Ternyata peminat perhiasan jenis ini banyak. Salah satu pangsa pasarnya adalah kelas menengah ke atas pengoleksi perhiasan. Ketika perhiasan asli yang harganya ratusan juta tidaklah aman untuk dipakai di depan umum, cukuplah pemilik perhiasan tersebut datang ke toko ini, memesan perhiasan dengan model persis sama. Si pemilik tetap menunjukkan eksistensi kelas sosialnya, sementara perhiasan ratusan juta rupiahnya tersimpan aman di save deposit box. Atau para wanita yang memiliki kebutuhan untuk menghadiri pesta dan jamuan makan lainnya dengan intensitas yang lebih dibandingkan wanita kebanyakan, aksesoris menjadi suatu kebutuhan. 

Ketika ngobrol dengan pedagang perak kelas menengah ke bawah mereka mengeluhkan penurunan omset karena banyaknya pesaing baru, pemodal besar yang masuk ke lingkungan Gems Center Rawabening, dengan persaingan yang kurang sehat untuk merebut pasar, keluarga ini menyikapinya dengan santai.
“Bismillah aja, kami berbisnis sejak 30 tahun lalu, dan berdagang batu perhiasan lebih menguntungkan bagi kami, karena standar harga batu tidak seperti perak perhiasan standar lainnya. Perhiasan batu lebih kepada pengagum, pengoleksi. 

Karena kami berbisnis perhiasan perak, kami memodifikasi rumah perhiasannya dari perak, kemudian, sirkon kami ganti dengan batu-batu. Disamping bentuk perhiasannya menjadi lebih menarik, berwarna warni, keuntungan kita pun menjadi lebih tinggi dari batu – batu tersebut” jelas ibu pemilik toko ini.
“Jangan salah lho, pembeli-pembeli saya justru rata-rata orang-orang yang tahu barang mahal. Seperti cincin ini” kata si ibu sambil menunjukkan satu buah cincin, cantik, terlihat elegan di pakai. “Ini kalau mba beli dengan mata berlian, harganya bisa Rp. 50 juta. Cincin ini hanya Rp. 750 ribu. Sama persis dengan aslinya, bentuknya, matanya, karena dipesan langsung. Seminggu, barang jadi sesuai pesanan” jelas ibu pemilik toko bersemangat.

“Dan begitu bosan, mereka tinggal datang kesini, jual kembali perhiasannya, hanya saja kena potong 30 persen dari harga beli, nah itu keuntungan saya ” jelas si ibu lagi. Saya yang dijelasin hanya ber “ooo” saja.
Dapat pelajaran baru lagi hari ini, bahwa kalau barang yang kita jual unik, punya pangsa pasar, walaupun kita berada di arena persaingan sempurna, masih ada celah untuk usaha tetap berkesinambungan. Tentunya dengan tetap menjalankan etika bisnis untuk dapat dipercaya pelanggan.

0 comments:

Post a Comment