Ads 468x60px

twitterfacebookgoogle pluslinkedinrss feedemail

Tuesday, August 9, 2011

Modal Bank, Picu Untung Atau Buntung?

Ibu Agatha dan bapak Sriwidodo, pengusaha pengrajin tas merek salah satu MLM di Indonesia yang cukup ternama.

Ketika 2 tahun lalu bertemu dengan mereka, pasangan suami istri ini sopan dan sederhana. Terdapat 5 pengrajin tas yang saya temui waktu itu. Dua diantaranya saya kenal cukup baik, yaitu keluarga ini dan salah satunya, sebutlah p Oji namanya.

Dari dua orang pengrajin ini, jadi tahulah saya, mekanisme kerja dari tas-tas branded yang salah satunya adalah produk MLM ini.


Pemesan akan mensuplai bahan-bahan yang diperlukan untuk membuat tas. Dihitung, resleting, kulit, semua pernak pernik yang diperlukan. Mereka para pengrajin tersebut dibayar berdasarkan unit yang selesai. Ketika barang hilang, maka mereka akan dikenakan charge, dan dalam satu bulan mereka ditargetkan untuk menyelesaikan sejumlah unit tas sesuai perjanjian dan sesuai pesanan.

Rata-rata para pengrajin seperti bu Agatha dan pak Sriwidodo ini memasok lagi kepada pengrajin tas branded yang punya kapasitas produksi lebih besar.

Dari pengalaman berhubungan dengan bu agatha dan p sriwidodo ini, dapat dipelajari tren yang ada, dimana, pada saat order pekerjaan dari perusahaan pemesan sepi, mereka akan kesusahan dalam operasional usaha jika mereka tergantung hanya kepada pemesan dominannya tersebut. Apalagi, jika seperti pasangan ini. Mereka menggunakan tambahan modal kerja dengan sumber dana dari perbankan.

Jadi, ketika pasangan ini memutuskan untuk bermitra dengan bank. Pemakaian modal pinjaman tersebut dilakukan sehati-hati mungkin. Benar-benar telah dilakukan dengan perhitungan, bukan hanya mengandalkan rumus “proyeksinya omset kami naik”

Sejumlah kecil modal kerja untuk investasi pembelian mesin jahit mereka pergunakan benar-benar untuk pembelian beberapa unit mesin jahit karena permintaan makin bagus untuk pemesanan tas merek lain, maupun order lain diluar pelanggan dominannya.

Tidak tergiur mereka dengan tawaran modal kerja yang memang saat itu belum mereka perlukan.

Sementara debitur lain, karena investasi diluar yang seharusnyan beralih dari niat awal untuk perluasan workshop, kemudian berinvestasi dibidang yang sama sekali diluar keahliannya saat ini sebagai pengrajin tas, usahanya tidak lagi dapat dipertahankan. Sayang sekali.

Bertolak belakang dengan kondisi ibu Agatha dan suaminya, bersyukur, workshopnya saat ini berkembang menjadi dua lokasi. Pesanan tas semakin berkembang, namun keseharian mereka tetap sama.

Pelajaran dari berhubungan dengan keluarga ini, bahwa kredit bank dapat menjadi pemicu sukses, namun jika penggunaannya tidak berhati-hati, dapat pula menyulitkan.

0 comments:

Post a Comment