Hari kemarin, akhir bulan. Adalah saatnya menagih, sekaligus prospek. Menagih, artinya mendatangi pengusaha yang tengah mengalami kendala. Sekecil apapun kendala bisnisnya bisa berpeluang besar terhadap kolektibilitas pinjaman mereka. Sedangkan prospek artinya, kemanapun kami pergi, melihat usaha yang prospek untuk dibiayai, atau paling tidak menggunakan produk bank kami. Saya mendatangi empat tempat dan masing-masing memberi wawasan yang mudah-mudahan berguna bagi diri sendiri kelak kemudian hari.
Pada rute pertama perjalanan. Saya mengunjungi debitur di list saya. Perusahaan merchandising yang bisa dibilang cukup mapan. Dan lebih menggelitik motivasi untuk berbisbnis karena usaha ini dimotori kakak beradik, dua-duanya wanita. Para pengusaha muda ini, kalau saya ngobrol dengan mereka selalu menyenangkan. Semangat, ceria, energetic, dan profesional. Hehehe saya belum ijin untuk share ceritanya jadi belum berani ber bla bla bla.
Lalu, kunjungan kedua, biasa, jam makan siang membuat iseng mau jalan cari makan kemana ya? Lalu rekan saya memberi usul. “Yuk makan di sop jando” di Kawasan Industri Cibitung sana. Meluncurlah kita. Padahal awalnya kami mau ke daerah Rawalumbu Bekasi. Melenceng sedikit sambil siapa tau prospek untuk dibiayai.
Suasananya pas. Hujan-hujan, langsung membayangkan makanan berkuah rasanya lebih wah. Dalam hati, dari namanya, sudah ketebak, pemiliknya janda. Tapi tidak juga bikin iseng bertanya ke pemiliknya sesampainya kami disana. Hihihi takut menjadi kurang beretika.
Masuk jalan di belakang MM2100 Kawasan Industri Cibitung. Di belokan pertama masuk gang, ada warung kecil namanya sop jando. Spontan rekan saya bilang. “Bukan sop jando yang ini”
“Ooo… Mungkin ini jando mudo, yang satunya jando tuo” hehe batin saya saja. Ngomong sama diri sendiri. Dan, sampailah kami ke tempat yang dituju. Rumah di pinggir jalan. Bangunannya standar rumah pemukiman, di depannya akses cukup untuk dua mobil dari arah yang berlawanan. Saya iseng menghitung meja yang ada dengan kursi masing-masing cukup untuk 4 orang. Di pojok kanan ruangan ada lesehan, rasanya hanya leluasa untuk 4 orang juga.
Saya belum ada bayangan sop jando ini wujudnya kaya apa. Tapi dari info rekan saya, “hati-hati, pedasnya mantap”
Wah… Saya bukan pecinta pedas. Mikir jadinya. Dan benar saja, ketika saya mencuci tangan, dapur terlhat dan dapat terlihat dengan jelas aktivitas pegawainya di sana. Terlihat satu kuali besar yang isinya cabe rawit tersembul keluar menutupi permukaan kuali. Jiper saya liatnya. Di sampingnya ada satu kuali besar lagi yang isinya kurang lebih sama. Buseet, dalam hati saya.. Apa iya saya bisa makan disini. Bayangin rasa pedasnya aja udah menyerah.
Tapi setelah pelayan datang dan menawarkan alternatif level kepedasan sop daging iga sapi, saya bersyukur. Ada pilihan rasa tidak pedas, sedang dan pedas. Hihihi melihat isi kuali tadi, tanpa pikir panjang mendingan pilih yang tidak pedas. Memang tidak mengecewakan rasanya. Kuahnya mantap, kaldu daging terasa, pas semuanya. Rekan saya yang pecinta pedas menikmati sedap pedasnya sop iga jando. Hehehe saya lirik pengunjung lain, yang memenuhi ruangan berkapasitas lk 50 orang itu. Wah, semua terlihat menikmati.
Rupanya ketika berkecimpung di bisnis makanan, lokasi lokasi lokasi, rasa dan kesan “experience” dari makan di tempat tersebut memberi kontribusi untuk laku tidaknya bisnis makanan.
Yap untuk perjalanan hari ini disudahi di tempat debitur yang kesulitan bayar bunga. Nah akan jadi menarik juga melihat usaha debitur yang lancar, tapi kok kesulitan keuangan. Kenapa yaaa?
Monday, July 11, 2011
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
0 comments:
Post a Comment