Saya bertemu dengan, sebutlah namanya bapak Kalsono, pada akhir tahun 2007. Beliau pedagang gas di area Babelan Bekasi. Pada waktu itu, pemerintah sedang menggalakkan pengalihan dari minyak tanah untuk konsumsi bahan bakar rumah tangga menjadi gas. Rupanya beliau menangkap peluang ini dengan menggandeng bank untuk bermitra.
Akhir tahun 2007, usaha beliau beromset 300 tabung per hari atau lebih kurang 900 tabung per bulan. Dengan menyewa satu bangunan toko, dan dua kendaraan operasional berupa colt diesel dan truk engkel, usaha pada waktu itupun berjalan baik.
Pada waktu yang sama, rekan Ybs juga menggandeng bank untuk bermitra. Dengan omset yang kurang lebih sama. Bapak Kalsono dibiayai bank dengan maksimum kredit yang lebih rendah jika dibandingkan rekannya ini. Keduanya berdiskusi dengan kami, dan dengan tujuan awal yang sama, pembiayaan itu berjalan.
Selang berapa lama, setelah pencairan kredit ini, mulai muncul perbedaan diantara keduanya. Bapak Kalsono ini terbuka dengan kami, mewakili pihak bank. Penggunaan kreditnya sesuai. Seluruh modal yang ia dapatkan dipergunakan untuk pembelian tabung gas.
Beliau bersyukur, karena dengan ketepatan penggunaan modal untuk usahanya ternyata membuat akumulasi peningkatan omset yang lumayan fantastis. Pada saat saya berkunjung ke sana, senang rasanya melihat usaha orang yang kita kenal maju pesat.
“Ini mba, gudang saya. Truk saya ada 11 sekarang. Tapi masih ada beberapa yang leasing. Alhamdulillah bisa bayar cicilannya. Awal tahun depan semua cicilan sudah selesai”.
Belum habis keterpesonaan saya, maklum, biasanya berkomunikasi hanya lewat telpon, sekedar ngobrol, bapak satu anak ini mengajak saya ke bagian belakang gudang, yang ternyata juga sudah menjadi aset beliau, termasuk tempat parkir truk-truk miliknya.Yang saya salut, bapak ini masih mengendarai mobil yang sama dengan pada saat kami ketemu dulu. Penampilannya pun nyaris sama. Saya masih ingat. Beliau suatu saat pernah menelpon, menceritakan kalau istrinya minta dibelikan mobil, minta pindah rumah yang lebih bagus. Beliau bertanya, kalau saya jadi beliau, saya milih beli gudang atau beli rumah.
Waktu itu saya jawab, ya mendingan beli gudang. Kalau usaha sudah tambah berkembang, bapak mau beli rumah yang kaya apa, pasti bisa. Mau beli mobil yang kaya apa, Insya Alloh bisa. Ketika saya menanyakan kabar rekan beliau, beliau menjawab. “Kabar Ibu sis baik, mba. Masih seperti dulu. Sayang ibu sis waktu dapat kucuran dana, dipakai untuk beli kendaraan operasional”.
Omset pak Kalsono ini tiap bulan antara 8500 tabung sampai dengan 10.000 tabung. Omset yang cukup fantastis bukan? Saya belajar beberapa hal baru lagi. Timing yang pas bisa mempengaruhi kelangsungan suatu bisnis. Pembelian aset produktifpun ternyata tidak serta merta mampu mengoptimalkan omset. Seperti contoh Ibu Sis tadi. Beliau tidak membelanjakan modalnya untuk pembelian konsumtif, namun ternyata, hasilnya bisa jauh berbeda apabila beliau pada saat konversi minyak tanah menjadi gas tersebut membelanjakan modalnya untuk peningkatan omset.
Manfaatkanlah, moment apapun di depan anda
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
0 comments:
Post a Comment