Ads 468x60px

twitterfacebookgoogle pluslinkedinrss feedemail

Monday, July 11, 2011

Suyatno, pewirausaha asal tegal

Pengalaman baru hari ini. Bertemu dengan bapak Suyatno asal Kroya. Senangnya mungkin salah satunya karena saya orang area-area sana. Senasib di perantauan, dan satu bahasa. Bahasa ngapak tentunya. Ketika datang ke gudangnya, beliau bercelana pendek, kaos warna hitam. Sosoknya pendiam. Nggak banyak bicara. Tumpukan pernak pernik souvenirs untuk pernikahan terlihat memenuhi satu rumah yang ia sewa untuk gudangnya.
Ia sewa di pinggir jalan raya. Untuk memudahkan aktivitas pengiriman barang. Beliau suplai ke Asemka, ke berbagai daerah di luar jawa seperti Padang, Medan, dsb. Rumahnya masuk masuk gang sempit, hanya cukup dilalui motor. Rumah ini pula penuh dengan souvenirs. Saya senang kalau disuruh mengobrol dengan mereka. Dalam hati berfikir. Saya kapan bisa. Sekarang saatnya belajar dulu dari pengalaman orang lain. Suatu saat harus bisa.

Ketika ditanya, asal muasal kok bisa berkecimpung di bidang ini. Menurut informasi Pak Riyatno ini, awalnya, 6 tahun yang lalu, selama 4 bulan Ia bekerja di tempat kakaknya yang memiliki usaha pembuatan hantaran untuk pernikahan. Kotak-kotak hantaran itu, diproduksi di tempat kakaknya. Kemudian, ia berlatih untuk mandiri, Ia membuat hiasan dari kain untuk membungkus kotak hantaran tersebut. Pertama ia suplai ke kakaknya, lalu ia mencari peluang baru menambah pelanggan, semakin lama semakin bertambah, bertambah pula wawasan.

Tak kain pembungkus hantaran, akhirnya saat ini ia ambil barang, apa saja, yang bisa dipakai untuk souvenirs pernikahan. Saya lihat ada cermin kecil, ada kipas, gelas sablon, sendok teh, gantungan kunci, banyaak lagi pernak pernik. Ketika ditanya darimana sih asal semua barang itu. Saya tunjuk sendok kecil. Ia jawab, itu dari cina. Tapi ia bungkus lagi gagang sendoknya dengan anyaman, jadi lebih menarik dan harganya lebih mahal. Saya hanya manggut-manggut. Seperti biasa. Di otak saya muncul narasi sendiri. Betapa ternyata banyak sekali peluang ada di depan mata. Yang kita sendiri jarang menyadarinya.

Lalu saya tanya lagi. “Kalau dompet ini?” Tanya saya.
“Ini saya ambil dari pengrajin di Jogja”
“Kalau kipas ini?” Tanya saya lagi.
“Kipas saya ambil dari pengrajin di Tasik.” Kembali saya manggut manggut.
Ketika ditanya berapa omsetnya sebulan? Ta da… 700jt sampai 800 juta. Katanya “untungnya kecil mba, setelah bayar para ibu-ibu (40 orang) yang bantuin saya bungkus-bungkus, bayar (10) tukang jahit, bayar (7) pegawai yaah paling bersih 10 persen saja” hihihi saya nyengir dalam hati. Nggak berani lah mrenges di depan bapak ini.

Pelajaran berharga dari pak Riyatno hari ini, bahwa banyak sekali peluang sebenarnya, yang telah bertebaran di depan mata. Hanya kita harus jeli untuk melihatnya. Kalau kita melihat satu biji sendok tergeletak, kita berfikir apalah istimewanya sendok ini. Tapi ternyata bisa menjadi nilai lebih yang bisa menghasilkan rupiah, kalau kita kreatif memanfaatkannya.

Semangatt berkarya para wirausaha.. Atau orang-orang yang berniat mulia menuju ke arah sana. Berapa banyak berkah mereka, yang menjadi gantungan hidup banyak kepala. Berapa berkah yang ia lantarkan dariNya.. Dengan membuat keringat menetes karena mengharap rizkiNya.

0 comments:

Post a Comment