Makan siang rame-rame bersama teman. Ketika spontan salah satu dari kami mengusulkan makan sate, salah satu teman mengusulkan Sate Giyo aja.
“Hmm, enak?” Tanya bos. “Satenya gede-gede, tapi empuk banget boss” jawab teman saya.
Akhirnya cabutlah kita ke sana. Berlokasi di bypass Jl. A. Yani, di pinggir jalan tertulis papan Sate Giyo” banyak mobil berjajar di sana. Tempatnya sederhana. Di depan jajaran kontrakan penduduk, memanjang ke samping. Ada barangkali 10 meja berjajar, 8 tempat duduk untuk masing-masing barisnya. Penuuh. Kalau makan di tempat yang pertama kali kita datangi untuk makan, ketika antrian penuh, parkir susah, makin bikin penasaran. Sensasi rasa apa nih yang bakalan dirasain.
Akhirnya begitu sampai di tempat duduk kami berempat didatangi bapak-bapak berperawakan gemuk, berkulit hitam, dengan logat Jawa yang kental.
Dari cara beliau mendatangi satu satu meja, kemudian mencatat menu dan menyuruh anak buahnya yang hilir mudik dengan menyerahkan catatan pesanan.
Tibalah si Bapak ke meja kami. Menyebutkan sate dan tongseng. Karena pengalaman pertama, kami menyebutkan pesanan sesuai keinginan. Ada yang pengen tongseng, ada yang pengen sate. Ada yang pengen gule.
“Pesan tongseng satu, sate dua, gule satu ya Pak” kata salah satu dari kami.
“Gulenya gule apa Pak” tanya salah satu dari kami yang memesan gule.
“Ah, jangan pesen gule, gulenya isinya jeroan, Makanya saya nggak tawarin”jawab si Bapak mantap.
“Ini 1 tongseng 2 sate cukup, jangan banyak-banyak, nanti mubadzir” kata bapaknya lagi.
Nggak nahan nyengir saya. Begitu bapaknya pergi kami cekikikan.
Si Bapak datang lagi memastikan pesanan minum kami. Dipesanlah es jeruk 3, teh tawar satu. Salah satu dari kami melihat kelapa muda yang kulitnya dikupas, jadi bentuknya lebih kecil dan handy. Lalu karena penasaran, barangkali ada tawaran spesial kelapa muda apakah gerangan, bertanyalah salah satu dari kami.
“Bapak, itu kelapa apa ya”. Lalu dijawab. “Alaah, kelapa muda biasa aja.” Sambil berlalu. Kami pun melongo.
“Sama aja, eh, barang yang ini biasa aja, nggak perlu dibeli” begitu celoteh satu dari kami.
Tak lama setelah pesanan datang, kamipun menikmati sate dengan ukuran besar, dan porsi cukup besar. Begitu juga dengan tongsengnya. Hmm, memang jauh dari mengecewakan. Empuk, padahal size nya besar. Tongsengnya berbumbu kental, tapi enak. Dan satu lagi. Benar kata si Bapak, pesanan kami 1 tongseng dan dua porsi sate ternyata memang cukup buat berempat.
Selagi kami makan, tempat di samping kami ditempati pengunjung baru, dan mendapatkan nasib sama dengan kami. Ketika memesan 5 porsi, masing2 sate, tongseng dan sop, pun dikoreksi oleh si pemilik.
“Udah, 3 saja cukup buat berempat. Kalau kebanyakan, nanti ndak habis”. Bisa dilihat mimik muka heran si penguniung, sementara kami berempat senyum senyum.
Sensasi yang beda. Jujurnya si pemilik at the end tetap membuat nyaman, walaupun kalau dipikir-pikir, suka suka kami dong pembeli mau beli apa. Tapi ternyata masih cukup dengan apa yang dibutuhkan, ia tau ukurannya. Tau barang dagangannya.
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
wah gmn ya kalau jualan nya kayak gitu??
ReplyDeletejujus sich jujur,,
tapi,, hemn,,